BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendekatan
behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara
pengalaman dan perilaku. Pada tahun 1938, BF Skinner mempublikaskan apa yang
disebut sebagai hasil karya yang paling dibicarakan dan berpengaruh pada masa
itu yaitu ” The Behaviour of Organism ”. Seperti Watson, pendahulunya Skinner
adalah seorang behavioris yang ketat. Dia percaya kalau psikologi menjadi
rujukan bagi kondisi – kondisi mental yang tidak bisa diketahui secara umum ( seperti
tujuan, hasrat atau kehendak) meskipun begitu, psikologi harus membatasi
dirinya hanya mempelajari tingkah laku yang tampak ( bisa diamati ). Dan
seperti Watson juga, Skinner merupakan seorang environmentalis. Meskipun dia
mengakui kalau organisme masuk kedalam dunia dengan anugerah genetik tertentu,
dia lebih peduli kepada cara lingkungan mengontroltingkahlaku.
Namun berbeda dari Watson, model utama pengondisian Skinner bukan Pavlonian. Respon – respons yang dipelajari Pavlov, kata Skinner, paling baik jika dianggap sebagai responden saja. Ini adalah respons – respons yang secara otomatis ’diperoleh’ lewat stimuli yang sudah dikenal. Contohnya, pencernaan makanan secara otomatis memunculkan air liur, dan suara bising otomatis memunculkan respons terkejut. Kebanyakan responden mungkin hanya refleks – reflekssederhanasaja.
Justru tingkat tingkah laku kedua yang paling menarik bagi Skinner, disebutnya operan. Di dalam tingkah laku operan, hewan tidak terkekang di dalam kurungan, seperti anjing – anjingnya Pavlov, melainkan bergerak bebas dan ‘ beroperasi ‘ di lingkunganya. Contohnya, di dalam eksperimen – eksperimen awal yang dilakukan Thorndike ( 1905 ), kucing di dalam kotak puzzle akan mengendus – endus, mencakar – cakar dan melompat sampai mereka memukul respons yang memampukan mereka mendapatkan makanan – ada sisi kotak yang memiliki tombol. Respons yang berhasil lebih berkecenderungan untuk diulangi lagi. Di dalam kasus – kasus yang demikian, kita tidak selalu dapat mengidentifikasikan stimulus awal mana yang memunculkan respons. Malah hewan sebenarnya memancarkan respon terlebih dahulu, yang beberapa diantaranya bisa diamati di masa depan karena menghasilkan konsekuensi yang menyenangkan. Jadi bagi Skinner, tingkah laku dikontrol oleh penguatan Stimuli yangmengikutinya.
Namun berbeda dari Watson, model utama pengondisian Skinner bukan Pavlonian. Respon – respons yang dipelajari Pavlov, kata Skinner, paling baik jika dianggap sebagai responden saja. Ini adalah respons – respons yang secara otomatis ’diperoleh’ lewat stimuli yang sudah dikenal. Contohnya, pencernaan makanan secara otomatis memunculkan air liur, dan suara bising otomatis memunculkan respons terkejut. Kebanyakan responden mungkin hanya refleks – reflekssederhanasaja.
Justru tingkat tingkah laku kedua yang paling menarik bagi Skinner, disebutnya operan. Di dalam tingkah laku operan, hewan tidak terkekang di dalam kurungan, seperti anjing – anjingnya Pavlov, melainkan bergerak bebas dan ‘ beroperasi ‘ di lingkunganya. Contohnya, di dalam eksperimen – eksperimen awal yang dilakukan Thorndike ( 1905 ), kucing di dalam kotak puzzle akan mengendus – endus, mencakar – cakar dan melompat sampai mereka memukul respons yang memampukan mereka mendapatkan makanan – ada sisi kotak yang memiliki tombol. Respons yang berhasil lebih berkecenderungan untuk diulangi lagi. Di dalam kasus – kasus yang demikian, kita tidak selalu dapat mengidentifikasikan stimulus awal mana yang memunculkan respons. Malah hewan sebenarnya memancarkan respon terlebih dahulu, yang beberapa diantaranya bisa diamati di masa depan karena menghasilkan konsekuensi yang menyenangkan. Jadi bagi Skinner, tingkah laku dikontrol oleh penguatan Stimuli yangmengikutinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah konsep-konsep utama dari
Teori Behavioristik (Model Pengondisian
Operan) oleh B.F. Skinner?
2.
Bagaimanakah proses terapeutik dari
Teori Behavioristik (Model Pengondisian
Operan) oleh B.F.Skinner?
3.
Apa sajakah teknik-teknik dan prosedur
terapeutik dari Teori Behavioristik (Model
Pengondisian Operan) oleh B.F. Skinner?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui konsep-konsep utama
dari Teori Behavioristik (Model
Pengondisian Operan) oleh B.F. Skinner.
2.
Untuk mengetahui proses terapeutik dari
Teori Behavioristik (Model Pengondisian
Operan) oleh B.F. Skinner.
3.
Untuk mengetahui teknik-teknik dan
prosedur terapeutik dari Teori Behavioristik (Model Pengondisian Operan) oleh B.F.Skinner.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Memberi pemahaman yang lebih dalam
terkait dengan Teori Behaviorisme (Model
Pengondisian Operan) oleh B.F Skinner.
2.
Memberi masukan bagi mahasiswa dan dosen
pengampu mata kuliah terkait.
3.
Sebagai acuan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.
BAB II
Pembahasan
2.1 Konsep-konsep Utama
2.1.1. Pandangan tentang sifat
manusia
Behaviorisme
adalah suatu pandangan imiah tenang tingkah laku manusia. Dali dasarnya adalah
bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan
cermat akan menyikapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingah laku.
Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur
pada data yang diamati.
Pendekatan behavioristik tidak
menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung.
Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif
yang sama. Manusia pada dasrnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial
budayanya.
2.1.2. Ciri-ciri Unik
Terapi Tingkah laku
Terapi tingkah laku berbeda dengan
sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh : (1) pemusatan
perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik; (2) kecermatan dan
penguraian tujuan-tujuan treatment; (3) perumusan prosedur treatment yang
spesifik yang sesuai dengan masalah; dan (4) penaksiran objektif atas
hasil-hasil terapi.
Pada dasarnya terapi tingkah laku
diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah
laku yang maladaptif serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang
diinginkan.
2.1.3.
Pengondisian Operan (Operant
Conditioning)
Pengondisian
operan, satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan
teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan
tingkah lakunya ( yang diharapkan ) pada saat tingkah laku itu muncul.
Pengondisian operan ini dikenal juga dengan sebutan pengondisian instrumental
karena mmeperlihatkan bahwa tingkah laku intrumental bisa dimunculkan oleh
organisme yang aktif sebelum perkuatan diberikan untuk tingkah laku tersebut.
Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengondisian operan, yang telah
mengembangkan prinsip-prinsip perkuatan yang digunakan pada upaya memperoleh
pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengondisian operan,
pemberian perkuatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian
perkuatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul
di lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjaran.
2.2
Proses Terapeutik
2.2.1.
Tujuan-tujuan Teraupeutik
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah bahwa segenap
tingkah laku adalah dapat dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang
maladaptif. Selanjutnya, tujuan-tujuan yang luas dan umum itu tidak dapat diterima
oleh para terapis tingkah laku. Contohnya, seorang konseli mendatangi konselor dengan
tujuan mengaktualkan diri. Tujuan umum semacam itu perlu diterjemahkan ke dalam
perubahan tingkah laku yang spesifik yang diinginkan konseli serta dianalisis
ke dalam tindakan-tindakan spesifik yang diharapkan oleh konseli sehingga baik
konselor maupun konseli mampu menaksir secara lebih kongkret kemana dan
bagaimana mereka bergerak. Misalnya, tujuan mengaktualkan diri bisa dipecah ke
dalam beberapa subtujuan yang lebih kongkret sebagai berikut: (1) membantu
konseli untuk menjadi lebih asertif dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan
hasrat-hasratnya dalam situasi-situasi yang membangkitkan tingkah laku asertif,
(2) membantu konseli dalam menghapus ketakutan-ketakutan yang tidak realistis
yang menghambat dirinya dari keterlibatan dalam peristiwa-peristiwa sosial, dan
(3) konflik batin yang menghambat konseli dari pembuatan putusan-putusan yang
penting bagi kehidupannya.
2.2.2.
Fungsi dan Peran Konselor
Konselor tingkah laku harus memainkan peran aktif dan
direktif dalam pemberian treatment (konseling), yakni konselor menerapkan
pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah-masalah para
konselinya. Konselor tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah,
dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menetukan
prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah kepada tingkah laku
yang baru dan adjustive. Apapun yang dilakukannya, konselor pada dasarnya
terlibat dalam pemberian perkuatan-perkuatan sosial baik yang positif maupun
yang negatif. Bahkan meskipun mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang netral
sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan nilai, konselor membentuk tingkah
laku konseli, baik melalui cara-cara langsung maupun melalui cara-cara tidak
langsung.
2.3
Teknik-teknik dan Prosedur Terapeutik
Banyak teknik dan prosedur modifikasi tingkah laku yang
berasal dari model pengondisian operan. Contoh-contoh prosedur yang spesifik
yang berasal dari pengondisian operan adalah perkuatan positif, penghapusan,
hukuman, pencontohan, dan penggunaan token economy. Selanjutnya teknik-teknik
teraupeutik tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a)
Perkuatan Positif
Penguatan adalah setiap konsekuensi
dari tingkah laku yang memiliki dampak memperkuat atau mengokohkan tingkah
laku. Prinsip dasarnya adalah penguatan harus bersifat segera. Selanjutnya,
perkuatan positif merpakan pembentukan suatu pola tingkah laku dengan
memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan
muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku.
Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder diberikan untuk rentang
tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan, tidur
dan istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan-kebutuhan
psikologis dan sosial memiliki nilai karena berasosiasi dengan
pemerkuat-pemerkuat primer. Contoh-contoh pemerkuat sekunder yang bisa menjadi
alat yang ampuh untuk mmbentuk tingkah laku yang diharapkan anatara lain adalah
senyuman, persetujuan, pujian, bintang-bintang emas, medali, atau tanda
penghargaan, uang, dan hadiah-hadiah. Penerapan pemberian perkuatan positif
pada psikoterapi membutuhkan spesifikasi tingkah laku yang diharapkan,penemuan
tebtang apa agen yang memperkuat bagi individu, dan penggunaan perkuatan
positif secara sistematis guna memunculkan tingkah laku yang diinginkan.
b)
Penghapusan
Apabila suatu respon terus-menerus
dibuat tanpa perkuatan, maka respon tersebut cenderung menghilang. Dengan
demikian karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan
terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang
maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu.
Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena
tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermitten
dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemebrian
perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan
kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari
pemberian perhatian sebagai cara untuk
menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa
diberikan kepada si anak agar belajar tingkah laku yang diinginkan.
Konselor,
guru, dan orang tua yang menggunakan penghapusan sebagai teknik utama dalam
menghapus tingkah laku yang tidak diinginkan harus mencatat bahwa tingkah laku
yang tidak diinginkan itu pada mulanya bisa menjadi lebih buruk sebelum
akhirnya terhapus atau terkurangi. Contohnya, seorang anak yang telah belajar
bahwa dia dengan mengomel biasanya memperoleh apa yang diinginkan, mungkin akan
memperhebat omelannya ketika permintaanya tidak segera dipenuhi. Jadi,
kesabaran menghadapi periode peralihan amat diperlukan.
c)
Hukuman
Hukuman adalah penarikan penguat positif
atau penambahan penguat negatif, contoh : tidak lagi memberikan ijin menonton
televisi (penarikan penguat positif) dan mengurung anak di kamar (penambahan
penguat negatif). Menurut Skinner hukuman bukanlah lawan dari penguatan.
Penggunaan hukuman menimbulkanakibatsampinganseperti:
1.Hukuman hanya sementara saja menghapuskan tingkah laku
2.Predisposisi emosi, biasanya disebut perasaan bersalah atau malu yang mungkindikondisikanmelaluihukuman.
3.Hukuman menimbulkan rasa takut, kemarahan dan penghindaran. Contoh : seorang anak mungkin akan pura-pura sakit untuk menghindar pergi ke sekolah karenaadatesyangharusditempuhnya.
4.Ketika siswa dihukum mungkin mereka akan menjadi marah dan cemas sehingga tidak bisa berkonsentrasi pada tugas mereka selama beberapa waktusetelahhukumandiberikan.
Kelemahan hukuman yang utama adalah bahwa kontingensi (sifat sementara) dalam hukuman itu bersifat merusak Artinya, hukuman itu tidak menimbulkan tingkah laku positif. Karena itu yang disarankan ialah menguatkan tingkah laku yang patut, bukannya menghukum tingkah laku yang tidak patut.
1.Hukuman hanya sementara saja menghapuskan tingkah laku
2.Predisposisi emosi, biasanya disebut perasaan bersalah atau malu yang mungkindikondisikanmelaluihukuman.
3.Hukuman menimbulkan rasa takut, kemarahan dan penghindaran. Contoh : seorang anak mungkin akan pura-pura sakit untuk menghindar pergi ke sekolah karenaadatesyangharusditempuhnya.
4.Ketika siswa dihukum mungkin mereka akan menjadi marah dan cemas sehingga tidak bisa berkonsentrasi pada tugas mereka selama beberapa waktusetelahhukumandiberikan.
Kelemahan hukuman yang utama adalah bahwa kontingensi (sifat sementara) dalam hukuman itu bersifat merusak Artinya, hukuman itu tidak menimbulkan tingkah laku positif. Karena itu yang disarankan ialah menguatkan tingkah laku yang patut, bukannya menghukum tingkah laku yang tidak patut.
d)
Pencontohan
Dalam pencontohan, individu
mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku
sang model. Bandura (1969) menyatakan bahwa segenap belajar yang bisa diperoleh
melalui pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan
mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi,
kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan
mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang
terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati
orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa
mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.
Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang
dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti, dan orang-orang pada
umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang
tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
e) Token
Economy
Token ekonomy adalah sistem perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan bukti target
perilaku setelah mengumpulkan sejumlah prilaku tertentu sehingga mencapai
kondisi yang diharapkan. Contoh seperti pada lembar bukti prestasi. Siswa
mendapatkan bukti dalam bentuk rewads atau hadiah daripekerjaan yang dapat
ditunjukannya. (Jason, 2009 ; 35).
Token
Economy merupakakan sistem perlakuan
pemberian penghargaan kepada siswa yang diwujudkan secara visual. Token
Economy adalah usaha mengembangkan prilaku sesuai dengan tujuan yang diharapkan
melalui penggunaan penghargaan. Setiap individu mendapat penghargaan setelah
menunjukan prilaku yang diharapkan. Hadiah dikumpul selanjutnya setelah hadiah
terkumpul ditukar dengan penghargaan yang bermakna. (Joson, 2009 ; 66).
Menurut Wallin
(1991), Token Economy yang diberikan kepada siswa merupakan dukungan
sekunder untuk memperkuat suasana belajar supaya lebih kondusif. Oleh karena
itu, penghargaan harus menjadi rangsangan yang netral atau tidak berpihak.
Siswa berkompetisi untuk memperolehnya dengan cara mengumpulkan token
sebanyak-banyaknya dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian
diatas dapat diketahui bahwa Token economy adalahsistem perlakuan kepada
tiap individu untuk mendapatkan bukti target perilaku setelah mengumpulkan sejumlah
prilaku tertentu sehingga mencapai kondisi yang diharapkan, dengan cara subyek
mendapat penghargaan setelah menunjukan prilaku yang diharapkan. Hadiah
dikumpul selanjutnya setelah hadiah terkumpul ditukar dengan penghargaan yang
bermakna.
- Tujuan Token
Economy
Bukti Token Economy dapat
digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan pendidikan dalam membangun perilaku
siswa. Penggunaan sistem time token ekonomi memiliki tujuan :
a. Meningkatnya kepuasan dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa melalui
penghargaan yang kongkrit atau visual sehingga tingkat kesenangan siswa
melakukan sesuatu prestasi benar-benar tampak.
b. Meningkatnya efektivitas waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Belajar
yang efektif adalah yang menggunakan waktu yang pendek dengan hasil yang
terbaik dan terbanyak. Siswa harus menyadari berapa lama mereka telah belajar
dan berapa banyak waktu yang telah mereka gunakan secara efektif untuk
melaksanakan aktivitas belajar.
c. Berkurangnya kebosanan – Suasana belajar yang kolaboratif, rivalitas, kompetitif
yang diberi penguatan oleh pendidik dapat meningkatkan menurunkan tingkat di
kebosanan siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam jangka waktu yang
yang lama.
d. Meningkatnya daya respon – Suasana belajar yang kompetitif akan meningkatkan
kecepatan siswa meberikan respon. Setiap respon yang sesuai dengan tujuan akan
segera mendapat penguatan sehingga suasana belajar menjadi cair, komunikatif
dan lebih menyengkan.
e. Berkembangnya penguatan yang lebih alami, – melalui pemberian penguatan
yang tepat waktu akan dan disesuaikan dengan tingkat prestasi setiap siswa atau
setiap kelompok siswa memungkinkan
f. Meningkatnya penguatan untuk sehingga motivasi belajar berkembang – setiap
siswa atau setiap kelompok siswa dalam kelas selalu dalam keadaan terpacu untuk
mewujudkan dan daya pacu ini akan semakin berkembang jika siswa juga mendapat
layanan untuk mengabadikan daya kompetisinya seperti dengan dukungan rekaman
video.
- Komponen
Token Economy
Sebelum kegiatan belajar
dilaksanakan pendidik menyiapkan beberapa
komponen yang dibutuhkan, di antaranya:
a. Token atau simbol praktis dan atraktif untuk memicu tumbuhnya motivasi
belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol penghargaan seperti stiker,
guntingan kertas, simbol bintang, atau uang mainan. Token sendiri tidak selalu
dalam bentuk yang berharga, namun setelah siswa mengoleksinya setelah
menunjukan prilaku yang diharapkan mereka dapat menukarkan token itu dengan
sesuatu yang berharga. Dengan demikian setelah satu rentang waktu tertentu guru
harus menyediakan barang penukar token yang berharga untuk siswa. Yang paling
mudah seperti permen, alat tulis atau benda berharga lain yang dapat sekolah
biayai.
b. Definisi target prilaku jelas. Hal itu berarti guru maupun siswa perlu memahami
dengan baik prilaku yang diharapkan. Siswa memahami benar prilaku seperti apa
yang harus ditunjukannya sebagai hasil belajar. Penjelasan harus singkat namun
cukup sebagai dasar pemahaman siswa mengenai hadiah yang dapat diperlehnya
setelah menunjukan prestasi.
c. Dukungan penguatan (reinforcers) dengan barang yang berharga. Dukungan
itu dapat dalam bentuk barang berharga, hak istimewa, atau aktivitas individu
yang dapat ditukar dengan makanan, perangkat permainan, waktu ekstra.
d. Sistem penukaran token atau simbol. Sukses penyelenggaraan token ekonomi
sangat bergantung pada sukses dalam memberikan penguatan yang dapat ditukarkan
dengan nilai yang sebanding dengan prestasi yang dicapai.
e. Sistem dokumentasi atau perekaman data. Pemberian penghargaan yang tepat
sangat bergantung pada ketepatan menghimpun data. Oleh karena itu alat perekam
dapat membantu meningkatkan proses ini sehingga informasi dari proses
pembelajaran dapat dikelola dengan tingkat akurasi yang tinggi.
f. Konsistensi dalam implementasi, untuk menjunjung konsistensi itu sebaiknya
terdapat panduan teknis yang tertulis sebagai pegangan pelaksanaan tugas
sehingga apa yang direncanakan itulah yang dilaksanakan.
-Langkah-langakah
pelaksanaan Token Economy
Mengacu pada pemikiran
Robinson T.J. Newby dan S.L. Ganzell, (1981)
merumusakan bahwa langkah utama dalam pelaksanaan sistem token ekonomi
dapat dikembangkan sebagai berikut :
a. Menentukan target prilaku atau
kompetensi yang dapat siswa tunjukan.
Guru memilih masalah penting sebagai target. Definisikan dengan jelas,
harus dalam bentuk penyataan positif, dan harus dalam prilaku hasil belajar
yang dikembangkan dalam bimbingan pembelajaran dalam kelas.
b. Menentukan motode bagaimana langkah-langkah untuk memperoleh penghargaan
dan nilai dari setiap penghargaan. Barkley (1990) memberi contoh untuk
anak-anak umur 4-7 thaun menggunakan guntingan kartu berbentuk bintang, model
perangko atau stiker. Setiap perangkat penghargaan diletakan siswa di atas meja
belajarnya dalam kelas.
c. Identifikasi nilai atraktif penghargaan. Mengembangkan penghargaan sebagai
sesuatu yang berarti, praktis dan atraktif sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Hal penting yang dapat meningkatkan makna adalah keterlibatan
siswa dalam proses memilih dan menyusun jenis dan nilai penghargaan. Dalam hal
ini siswa dapat memperoleh kebebasan menentukan waktu.
d. Menentukan Tujuan, jumlah token yang dapat diperoleh serta nilai yang diperoleh
untuk setiap penghargaan yang diperoleh.
Implementasi kegiatan ini memerlukan langkah lanjut :
a. Penjelasan Program Kepada Siswa. Penjelasan mengenai program harus
jelas. Siswa harus memahami aturan main sebelum belajar dimualai agar mereka
dapat memanfaatkan waktu belajar secara optimal. Sejumlah penghargaan kepada
siswa diberikan di antaranya karena ketepatan dan kecepatan menunjukan prilaku
positif yang diharapkan.
b. Guru memberikan masukan. Guru harus menentukan kapan hadiah akan didistribusikan,
dengan ketentuan seperti apa, dan bagaimana siswa dapat memperoleh penghargaan,
tata tertib seperti bagaimana? Pemberian penghargaan dapat guru lakukan tidak
hanya sebatas dalam kurun waktu satu dua jam pelajaran, namun dapat pula
menggunakan waktu berharihari, berminggu-minggu atau dalam satu semester
sepanjang guru dapat memelihara kondisi tingkat revalitas, persaingan dan daya
kolaborasi dapat terus dikobarkan sehingga berdampak positif terhadap hasil
belajar siswa.
c. Guru pengatur penghargaan. Guru memberikan penghargaan dengan memperhatikan
tercapainya tujuan pembelajaran. Kejuaraan diperoleh dari pengumpul hadiah
terbanyak. Hal itu berarti menjadi siswa yang berlajar paling efektif sehingga
mencapai prilaku yang diharapkan. Jika siswa berhasil dalam satu hari dan ia
tidak mendapatkan di waktu lain adalah sesuatu yang biasa.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Behaviorisme adalah suatu pandangan imiah tenang
tingkah laku manusia. Selanjutnya, terapi tingkah laku
berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh : (1)
pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik; (2)
kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment; (3) perumusan prosedur
treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah; dan (4) penaksiran objektif
atas hasil-hasil terapi. Di samping itu pula dalam terapi tingkah laku dikenal
dengan model pengondisian operan. Pengondisian operan tersebut adalah satu
aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar,
melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (
yang diharapkan ) pada saat tingkah laku itu muncul. Adapun tujuan-tujuan
teraupetik dari Behaviorisme adalah tujuan umum
terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses
belajar. Selain ada tujuan-tujuan dari terapeutik ada juga fungsi dan peran
konselor dalam konseling yakni konselor tingkah laku harus memainkan peran
aktif dan direktif dalam pemberian treatment (konseling), yakni konselor
menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi
masalah-masalah para konselinya. Oleh karena itu untuk melaksanakan proses
konseling tingkah laku konselor menggunakan beberapa teknik dan
prosedur-prosedur terapeutik adalah sbb : perkuatan positif, pencontohan,
hukuman, penghapusan dan menggunakan token economy.
3.2
Saran
Kami menyarankan
kepada para konselor hendaknya lebih meningkatkan tingkat penguasaannya
terhadap teori-teori konseling yang ada, teknik-teknik dan prosedur terapeutik
yang biasanya digunakan dalam konseling, khususnya teori behaviorisme dan
teknik-teknik serta prosedur terapeutiknya dengan model yang sesuai dengan teori
konseling yang akan digunakan sehingga konseling bisa berjalan secara efektif
dan efisien.